Ditulis oleh : Kamal Anwar (Santri Pondok Pesantren Ma'hadul 'Ulum Asy Syar'iyyah Sarang Rembang)
Bandung Barat- Ar-Risalah Cisarua
Waktu merupakan salah satu elemen terpenting dalam kehidupan. Segala peristiwa yang dialami oleh makhluk pastilah melewati yang namanya dimensi waktu. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari dan akan berhenti jika waktunya telah tiba. Kelak menjadi saksi nyata segala amal pebuatan yang dikerjakan oleh manusia.
Perjalananan waktu dalam lini kehidupan bukanlah fenomena konkret untuk disaksikan manusia semata. Apalagi hanya dijadikan sejarah monumental dari generasi ke generasi yang tertata rapi di rak-rak pustaka. Namun, waktu memiliki esensi tersendiri, yakni ruang bagi manusia untuk menorehkan amal perbuatan selama nafas masih dikandung raga.
Kehidupan di dunia hanyalah sementara yang turut menjembatani kehidupan menuju akhirat. Allah swt berfirman :
قٰلَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا لَّوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Dia (Allah) berfirman, “Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar jika kamu benar-benar mengetahui.”
Allah juga berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 1
وَالْعَصْرِۙ
“Demi masa”
Secara tekstual, dalam surat Al-Ashr tersebut terdapat qismullah (sumpah Allah) terhadap waktu/massa yang berarti sebuah isyarat bagi manusia untuk memerhatikan betul lafadz tersebut. Hal ini sebagai indikasi bahwa waktu merupakan sesuatu yang krusial dalam kehidupan.
Ayat diatas merupakan pelajaran bagi manusia untuk bisa mengambil ibrah (pelajaran) dari adanya waktu. Seorang mukmin sejati harus bijaksana dalam mengaplikasikan waktu sebagai ladang amal perbuatan. Sebab tiadalah waktu jika nafas tak lagi berhembus dan tiadalah kesempatan jika waktu telah berlalu. Maka dari itu, bergegas dalam mengerjakan sesuatu menjadi salah satu jalan untuk menghargai waktu.
Sahabat Abdullah bin Umar berkata:
اذا امسيت فلاتنتظر الصباح, واذا اصبحت فلاتنتظر المساء. وخذ من صحتك لمرضك, ومن حياتك لموتك. رواه البخاري
“Ketika engkau menjumpai senja, maka janganlah menunggu esok hari. Dan jika engkau menjumpai pagi maka janganlah menunggu hingga petang. Pesiapkanlah sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”
Manusia tidak tahu kapan ajal menjemputnya, hingga tiada lagi dapat bernegosiasi dengan malaikat maut. Meminta agar bisa diberi kesempatan untuk bertaubat meminta ampun kepada rabb-Nya. Ia juga tak akan tahu kapan sakit menimpanya hingga ia merasakan betapa besar karunia yang allah berikan di sela-sela waktu yang telah ia sia-siakan. Sayang sekali banyak manusia yang terperdaya oleh nikmat waktu. Hingga ia terbelenggu oleh waktu itu sendiri. Segala sesuatu yang seharusnya menjadi kewajibannya menjadi terbengkalai sebab kelalaiannya.
Imam syafi’I berkata :
الوقت كالسيف ان لم تقطعه قطعك
“Waktu itu ibarat pedang andaikan enkau tidak menebasnya maka engkau akan ditebasnya”
Sebagai seorang mukmin sejati sebisa mungkin berusaha memanfaatkan waktunya agar tidak sia-sia dan menyesal di hari esok. Waktu yang allah berikan adalah amanat yang harus dipegang teguh hamba-Nya. Bagaimana waktu dapat menghantarkannya menuju ketakwaan hingga kelak di kehidupan yang kekal nanti.***