Bandung Barat - Ar-Risalah Cisarua
Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Risalah Dr KH Mohammad Rofiqul A'la Lc MA dan Ummi Hj. Mukhlishoh Zawawi menghadiri acara Festival Internasional Naqshabandiyah di Uzbekistan pada tanggal 22-28 Februari 2023.
Acara yang akan digelar di kota Tashkent, Samarkand dan Bukhara itu dihadiri oleh Ulama International penganut thoriqoh Naqshabandiyah.
Diantaranya yang hadir adalah As-Syaikh Dr Muhammad Rojab (Suriah), As-Syaikh Umar Muhammad (Suriah), As-Syaikh Abdul Karim (Malaysia), As-Syaikh Soulaeman Jacob (Francis), KH. Abdullah Ubab Maimoen (Indonesia), As-Syaikh Mohammad Saiful Azam (Bangladesh).
Selain itu, juga hadir beberapa pengasuh pesantren di Indonesia diantaranya Abuya KH Muhibbul Tibri (Riau), KH Abdul Latif (Jombang), KH Abul Rozak Kholifah dan masih banyak lagi para Ulama Indonesia maupun dunia yang akan hadir di Uzbekistan.
Mengenal Thoriqoh (Tarekat) Naqshabandiyah
Tarekat Naqshabandiyah merupakan salah satu thiroqoh yang memiliki jumlah pengikut yang sangat banyak di dunia. Tarekat ini berasal dari salah satu wali besar yang memiliki banyak karomah, yaitu As-Syaikh Muhammad Bahauddin an-Naqshabandi.
As-Syaikh Bahauddin an-Naqshabandi merupakan keturunan Rasulullah shollallahu ‘alayhi wasallam dari jalur Sayyidina Husein bin Ali, suami Fatimah binti Rasulullah shollallahu ‘alayhi wasallam. Ia dilahirkan pada bulan Muharram 717 H/1317 M, di daerah Qashrul Arifan, salah satu desa di dekat kota Bukhara.
Setelah As-Syaikh Bahauddin an-Naqshabandi lahir, ia segera dibawa oleh ayahnya menuju Wali besar di Bukhara yang bernama As-Syaikh Muhammad Baba as-Syamasi untuk mendapatkna do’a dan keberkahan darinya. Sesampainya disana, ia sangat gembira melihat siapa yang datang kepadanya, kemudian berkata:
“Sungguh aku menerima bayi ini sebagai anakku”.
Kemudian As-Syaikh Muhammad Baba as-Syamasi memberi kabar gembira kepada murid-muridnya, bahwa bayi ini akan menjadi Imam pada masanya.
Apa yang disampaikan As-Syaikh Muhammad Baba as-Syamasi akhirnya menjadi kenyataan. As-Syaikh Muhammad Bahauddin an-Naqshabandi tumbuh menjadi sosok dengan penguasaan ilmu yang sangat luas. Namun, yang masyhur darinya adalah ilmu tarekat, dimana ia menjadi pelopor tarekat Naqshabandiyah.
Dalam ajarannya, ia meletakkan rumusan-rumusan dasar untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berdzikir kepada-nya.
Ia mengajarkan bahwa menjauh dari keramaian manusia untuk mendekat kepada Allah, dan menjadikan batin (hati) hanya murni kepada Allah, sekalipun raga bersama manusia itu menjadi ajaran pokok dalam tarekatnya.
Nasihat As-Syaikh Muhammad Bahauddin an-Naqshabandi
Ada beberapa nasihat As-Syaikh Muhammad Bahauddin an-Naqshabandi yang perlu diingat dan diamalkan oleh orang-orang yang sedang menuju Allah, khususnya pengikutnya dalam tarekat Naqshabandiyah. Diantara nasihatnya, yaitu:
وَجَدْتُ طَرِيْقًا أَقْرَبُ الطُّرُقِ الىَ اللهِ سبحانه وَتَعَالَى وَهِيَ الْمُخَالَفَةُ مَعَ النَّفْسِ
Artinya, “Saya menemukan sebuah metode yang paling dekat menuju Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu melawan hawa nafsu.”
اَلْمَقْصُوْدُ مِنَ الذِّكْرِ أَنْ يَكُوْنَ الْقَلْبُ دَائِمًا حَاضِرًا مَعَ الْحَقِّ تَعَالَى بِوَصْفِ الْمَحَبَّةِ وَالتَّعْظِيْمِ لِأَنَّ الذِّكْرَ طَرْدُ الْغَفْلَةِ
Artinya, “Maksud dari dzikir adalah keberadaan hati yang terus menerus bisa menghadirkan al-Haqq (Allah) dengan rasa cinta dan memuliakan-Nya, karena dzikir itu mengusir lupa (dari Allah).”
Sumber:
NU Online ‘Biografi Singkat Sayyid Bahauddin, Pendiri Tarekat Naqshabandiyah’