Membentuk Generasi Cerdas, Sholeh, Muslih Waj'alna Lil Muttaqina Imama

 Ijazah Santri Tidak Hanya Kertas Saja

Ijazah Santri Tidak Hanya Kertas Saja

   Bandung Barat- Ar-Risalah CIsarua

 

   

 

       Alhamdulillah, Rabu, 27 November 2024 Ar-Risalah kembali kedatangan guru mulia Syaikh Dr. Muhammad Rajab Dieb dan kedua anaknya Syaikh Umar Muhammad Rajab Dieb dan Syaikh Amir Muhammad Rajab Dieb, juga beserta istri tercinta yaitu Syaikhah Ummu Umar. Kedatangan Masyayikh Syam tersebut disambut hangat oleh para santri dan seluruh jajaran asatidz. Setelah KH. Mohammmad Rafiqul A’la memberikan sedikit sambutan, beliau memulai tausiyahnya dengan melantunkan sabda Rasulullah Saw. “Barang siapa yang memuliakan orang yang lebih tua yang janggutnya sudah beruban maka Allah Swt akan memuliakan dia ketika ia mulai beranjak tua”.

 

       Beliau bertutur bahwa kita diperintahkan untuk senantiasa beradab kepada orang tua dan orang yang lebih tua dari kita di setiap tempat. Dan ini adalah sebagian dari adab yang  harus kita praktikkan sekarang yang hasilnya akan dipanen ketika kita menua nanti.  

 

       Jangan sampai kita lupa bahwasanya Islam itu datang dengan akhlak yang terpuji. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”, beliau tidak mengatakan “Aku diutus untuk akhlak” tapi untuk menyempurnakan akhlak. Rasul juga bersabda: “Kalian tidak dapat membahagiakan semua orang dengan harta tapi kalian dapat membahagiakan semua orang  dengan akhlak yang terpuji dan wajah yang tersenyum dan berseri-seri”.  

 

 

       Beliau menegaskan bahwasanya santri itu di pondok bukan hanya untuk menimba ilmu saja, tapi juga untuk mejadi orang-orang yang berakhlak baik dan menjadi penerang bagi umat di suatu hari nanti. Para santri sebetulnya sudah belajar dan menikmati hidangan dari Rasulullah melalui para guru. Dan sudah semestinya tujuan datang ke sini  bukan hanya untuk mengambil ijazah saja, karena kalau hanya karena ijazah mungkin bisa di sekolah-sekolah  biasa. Tapi di pondok ini seharusnya yang  kita inginkan adalah  ijazah dengan bentuk yang lain. Ijazah yang berbentuk kertas itu tidak didapatkan oleh para sahabat dan tabi’in. Tapi ijazah yang didapatkan mereka adalah ijazah yang sangat agung dan mulia sekali dan masih tersambung hingga sekarang. Inilah yang dimaksud dengan rantai sanad dari para ulama yang sambung sampai Rasulullah Saw. 

 

 

       Beliau juga menyanjung guru kami semua, guru yang tidak hanya mendidik jasad, tapi guru yang juga mendidik ruh santri-santrinya agar senantiasa selalu berusaha untuk taqarrub kepada Allah Swt, yaitu KH. Dr. Muhammad Rofiqul A’la, Lc., MA atau yang lebih akrab kami sapa Abah. 

 

       Beliau menceritakan bahwa Abah belajar kepada dua Syaikh yang sangat agung sekali bahkan menjadi ulama dunia, khususnya untuk di negara Syam. Beliau sudah mengambil ijazah berbentuk kertas, ruh, juga hati. Yaitu dari As-Syaikh Ahmad Kuftaro dan As-Syaikh Rajab Dieb rahimahullahu ta’ala. Ketika kita berbicara kepada orang lain, ijazah ruh dan hati ini akan mengatarkan perkataan kita sampai ke hati dan akal mereka yang mendengar dan inilah ijazah yang dicari oleh para sahabat, tabi’in, dan para ulama. Maka ketika sahabat meriwayatkan satu hadits mereka menceritakan nabi berkata seperti ini, nabi melakukan seperti ini. Dan datanglah tabi’in yang mana mereka belajar kepada para  sahabat, ketika mereka akan  menceritakan sebuah hadits, mereka menyebutkan nama sahabat dan Rasulullah (saya mendengar Abu Hurairah berkata ”Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda”).

 

       Dan seperti inilah islam datang masuk ke hati dan akal kita dari seluruh pejuru dunia, dari Timur hingga ke Barat dengan keelokan dan keindahan yang luar biasa. Maka berhati-hatilah jangan sampai tujuan  para santri belajar dipondok adalah untuk mengambil ijazah berbentuk kertas saja, karena kelak  kalian akan ditanya dihadapan Allah dan berusahalah sekuat tenaga untuk menghasilkan ijazah yang kedua (ruh dan hati) serta jadikanlah guru kita sebagai teladan, tirulah  akhlak-akhlak terpuji beliau dan bagaimana beliau berinteraksi dengan masyarakat. 

 

       Beliau menyampaikan bahwa kita akan menjadi da’i (orang yang mengajak) kepada Allah Swt, karena berapa banyak kita temukan sekarang  pemuda/i  yang jauh dari Allah, “Dan siapa lagi yang akan mengenalkan mereka  kepada Allah dan rasul-Nya kalau bukan kalian?”Tegas Syaikh.

 

       Ditengah-tengah pidatonya beliau  menceritakan bahwa dulu  ada seorang wanita datang kepada rasul kemudian ia masuk islam. Maka ketika ia pulang  kepada kaumnya ia tak pernah terlihat lagi oleh rasul sekitar satu tahun dan saat ia menemui rasul ternyata ia telah mengislamkan 700 pemuda hebat, dan ini adalah seorang wanita lalu bagaimana dengan laki-laki?  Jika kita menghitung waris, bagian laki-laki pasti dua kali lipat lebih banyak dibandingkan perempuan. Maka jika dihitung laki-laki harus mengislamkan 1400 orang. Akan tetapi yang nabi perintahkan bukan seperti ini, melainkan yang diperintahkan adalah sesuai dengan produk yang bisa kita lakukan.

 

       Seorang perempuan yang melahirkan anaknya, kemudian ia membimbingnya dengan baik itu lebih baik dari pada seorang ayah yang tidak membimbing anaknya. Maka seorang perempuan yang hanya menunjukkan dua orang temannya (menuju Allah)  itu lebih baik dari pada laki-laki yang yang tidak menunjukkan atau mengajak temannya sama sekali. Maka perhatikanlah apa yang kita perbuat untuk agama kita, baik laki-laki atau perempuan, muda atau tua.

 

       Seorang pemuda/i di zaman nabi mereka sibuk berdakwah, oleh karena itu nabi memulai dakwahnya hanya dengan sendirinya saja, dan nabi bertahan selama 13 tahun di Makkah dikelilingi oleh kaumnya yang sangat menindas dan memerangi beliau, tapi nabi tetap sabar dan tetap berdakwah. Nabi tinggal di Madinah selama 10 tahun. Dan ketika nabi berpulang ke rahmatullah kita lihat seluruh jazirah arab telah islam. 

 

       Di tahun sembilan hijriyyah para utusan dari setiap kabilah datang kepada nabi,  mereka yang telah masuk islam setelah peristiwa (Amul Wufud) itu karena takut dipenggal,  kembali murtad ketika nabi wafat. Sedangkan seratus ribu muslimin yang lain iman mereka masih kokoh dan itu hasil dari dakwah Rasulullah, tuturmya.

 

       Di pertengahan pidatonya beliau juga bertanya siapa yang mencintai Rasulullah, lantas semua yang hadir di majelis yang insyaAllah penuh barokah ini mengacungkan tangannya. Lalu beliau mengatakan bahwa cinta itu jangan hanya diungkapkan dengan perkataan, cinta itu perlu dibuktikan dengan perbuatan dan kerja nyata. 

 

       Beliau memberi contoh dengan menceritakan seorang pemuda yang sangat mencintai seorang wanita, kemudian Allah muliakan mereka berdua dan akhirnya mereka menikah. Ketika malam pengantin baru,  suaminya meminta kepada sang istri untuk dimasakkan makanan karena lapar, mendengar keluhan suaminya si istri siap memasakkannya dengan sepenuh hati. Tapi sebelum itu istrinya ingin meluapkan rasa cintanya kepada suaminya dengan kata-kata rayuan, sampai tak terasa ternyata sang istri sudah satu jam menggombali suaminya itu hingga akhirnya si istri tidak jadi masak. Suaminya merasa jengkel lalu berkata kepada sang istri “Saya gak butuh cinta, saya butuh makan”. 

 

       Dari cerita tersebut Syaikh Muhammad Rajab menjelaskan bahwasanya hakikat cinta adalah bukan hanya kata-kata cinta, bukan juga rayuan, karena itu tidak akan mengenyangkan, meskipun hanya satu suapan saja. Maka ketahuilah cinta kepada rasul tidak cukup dengan perkataan saja tapi harus dibuktikan juga dengan amal, begitu juga cinta kepada Allah. 

 

       Allah memerintahkan kita untuk beramal, Allah berfirman: “Waquli’ malu“ (At-Taubah: 105) yang artinya bekerjalah, berusahalah. Rasul juga mengatakan kepada keluarganya  “Kalian datang kepadaku tidak bisa dengan hanya mengandalkan nasab saja, tapi juga harus dengan dengan  amal”. Maka jadikanlah cinta kita kepada Allah dan rasul-Nya dengan mencintai ilmu, mencintai  amal sholeh, serta senantiasa mengikuti rasul dan para sahabat.

 

       Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 : “Katakanlah  jika kalian mencintai Allah maka ikutilah Aku (Muhammad), maka Allah akan mencintai kalian”. Maka berusahalah dengan sunggguh-sungguh dalam dakwah di jalan Alah Swt, ketahuilah, demi Allah! Dakwah kepada Allah adalah kemuliaan yang  paling mulia yang akan kalian laksanakan. Dakwah kepada  Allah akan menyelamatkan orang dari kesesatan kepada jalan yang lurus, dari neraka menuju surganya Allah Swt. 

 

       Kelak orang yang datang ke hadapan rasul di hari kiamat dan dia telah mengajak 10 orang menuju jalan yang lurus pasti akan di cintai rasul dan jika 20 orang yang telah diajaknya  pasti akan lebih  dicintai lagi dan seterusnya,  dan jika ia belum mengajak seorangpun bahkan anaknya sendirinya pun tidak ia ajak, lalu bagaimana bisa ia akan berani menghadap rasul? Oleh karena itu, sudah seharusnya kita senantiasa memperhatikan apa yang akan kita persiapkan untuk menghadap kepada Rasulullah Saw.***


Share :


Jazakalloh Khoir Telah Menjadi Bagian Jaringan Penyebar Media ARRISALAH.ID