Bandung Barat- Ar-Risalah Cisarua
Putra pertama dari ulama besar sekaligus pimpinan Thoriqoh Naqsabandiyah, Syeikh Dr.Muhammad Rajab Dieb memuji Dr. KH. Moh. Rofiqul A'la, Lc., MA. dalam tausiyahnya ketika berada di Pondok Pesantren Ar-Risalah Cisarua-Bandung Barat beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, tausiyah itu sendiri diterjemahkan langsung oleh guru kami, Abah (sapaan akrab beliau). Akan tetapi, ketika Syeikh Dr.Muhammad Rajab Dieb mulai memuji Abah, Syeikh mengisyratkan supaya ucapannya saat ini tidak diterjemahkan oleh beliau, sehingga microphone yang digenggam oleh Abah di oper kepada penerjemah lain.
"Kebahagiaan untuk para jama'ah semuanya adalah, bapak dan ibu memiliki sosok yang mulia dihadapan kita, yaitu Dr. KH. Moh. Rofiqul A'la, Lc., MA." Ungkap Syeikh ketika memuji Abah.
"Kami banyak belajar dari syeikh-syeikh terdahulu, bahwa tidak mungkin ilmu kami bermanfaat dan memiliki kekuatan yang besar tanpa adanya keterkaitan dengan Sang guru." Tambah beliau, Syeikh Dr. Muhammad Rajab Dieb.
Kemudian, Syeikh Dr. Muhammad Rajab Dieb mengingatkan bahwa keberhasilan para Imam- imam besar, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, serta Imam Ahmad bin Hambal itu dikarenakan karena keseriusan dalam bermulazamah dengan Sang guru.
Begitu juga dengan Syeikh Dr. Rajab Subhi Dieb (ayah dari Syeikh Dr. Muhammad Rajab Dieb), beliau belajar dengan baik dan sungguh-sungguh kepada Syeikh Ahmad Kaftaru, sehingga beliau bisa menjadi syeikh yang begitu luar biasa, sekaligus menjadi pimpinan Thoriqoh Naqsabandiyah.
"Maka dari itu, kita semua sebaiknya memperbaiki hal tersebut dan mencintai guru kita dengan cinta yang sebenar-benarnya, dengan kepercayaan yang sebenar-benarnya, dan dengan keikhlasan yang begitu murni". Sambung Syeikh Dr. Muhammad Rajab Dieb yang kemudian kembali melanjutkan kalimatnya,
"Betulkanlah cinta kepada Kyai kita, Dr. KH. Moh. Rofiqul A'la, Lc., MA. Semoga Allah memberikan taufiq, cinta, dan ridla-Nya kepada kita semua atas wasilah Dr. KH. Moh. Rofiqul A'la, Lc., MA., dan semoga Allah menjadikan kita semua supaya senantiasa bisa mendengarkan perkataan murabbi kita, dan mengerjakan yang terbaik dari perkataan tersebut."
Di penghujung tausiyah, microphone penerjemah di oper kepada Buya Thobari, sahabat Abah. Kemudian, beliau mengungkapkan alasan syeikh mengapa Abah Rofiq tidak diperkenankan untuk menerjemah.
"Jadi, penyebab mengapa microphone itu di oper, karena beliau (Abah), tidak mungkin memuji dirinya sendiri." ujar Buya Thobari.