Bandung Barat - Ar-Risalah Cisarua
Pada hari Ahad, 27 April 2025, Pondok Pesantren Ar-Risalah menggelar Tes Penerimaan Santri Baru gelombang 2. Acara dimulai dengan sambutan penuh semangat dari Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Risalah, KH. Dr. Mohammad Rofiqul A'la, Lc. MA., yang memberikan pesan-pesan penting bagi seluruh calon santri dan wali santri. Dalam sambutannya, beliau mengajak semua yang hadir untuk bersyukur atas pertemuan yang mulia ini dan mengingatkan bahwa semuanya adalah bagian dari skenario Allah Swt. "Kami ucapkan selamat datang, selamat berbahagia, selamat menapaki jalan surga, dan selamat menjadi keluarga besar Pondok Pesantren Ar-Risalah."
Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Risalah, yang akrab kami sapa Abah melanjutkan bahwa ketika kita mengembalikan kepada Allah, Allah itu bersifat al-Hakim artinya kebijaksanaan, kebijakan, ketentuan yang di atur oleh Allah Swt itu pasti yang terbaik untuk kita. Ketika Allah mensifati dirinya al-Hakim, di Al-Qur’an itu senantiasa berdampingan dengan sifat al-‘alim dan al-khobir. Artinya ketentuan Allah, kebijakan Allah itu pasti tidak lepas dari ilmunya Allah. Al-khobir itu sekecil apapun, sesembunyi apapun, semuanya tidak ada yang lepas dari ilmunya Allah. Ketika kita menghubungkan ini, pertemuan kita saat ini sesuai dengan kebijakan Allah yang tidak lepas dari ilmunya Allah dan Allah mengerti bahwa ini benar-benar yang terbaik dari Allah untuk kita semua.
Beliau menegaskan pentingnya memikul tanggung jawab di hadapan Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis, "كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ", yang artinya, setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Orang tua memiliki amanah besar untuk menjaga anak-anak mereka agar terhindar dari siksa api neraka, sebagaimana yang disampaikan dalam surat At-Tahrim ayat 6:
يٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6)
اَلنَّار dalam ayat ini di tafsiri oleh para ulama, neraka itu ada 2. Ada neraka dunia dan neraka akhirat. Kita sebagai orang tua harus menjaga diri kita, tidak lepas dari itu kita harus menjaga anak-anak kita dari neraka dunia (ketersesatan, kekufuran, kebodohan). Akan tetapi yang lebih besar dari ini adalah Neraka Jahanam, dan semua berawal dari bagaimana kita menjaganya ketika di dunia. Artinya ini adalah satu amanah menjaga anak kita dan mengantarkan anak kita ke pesantren dalam rangka menjaga mereka dari siksa api neraka dengan membekali mereka ilmu Allah Swt.
Abah juga mengingatkan bahwa Allah Swt. dalam Al-Qur'an melarang kita untuk membunuh anak-anak, yang dipahami oleh para ulama sebagai larangan untuk mengabaikan pendidikan mereka.
مِنْ قَتْلِ الأَوْلَادِ فِي هَذَا الزَّمَانِ إِهْمَالُ تَرْبِيَتِهِ
Artinya: "Bagian dari membunuh anak-anak di zaman ini adalah mengabaikan pendidikan mereka".
Kenapa dengan tidak mendidik anak dianggap membunuh mereka? Karena membunuh kalau melukai fisik saja dinamakan jarimah kejahatan, lalu bagaimana kalau yang dilukai itu akal yang merupakan nikmat paling besar yang diberikan oleh Allah kepada manusia diciderai? Melukai akal, salah memberi didikan kepada anak atau bahkan membiarkan anak tak terdidik adalah kejahatan yang lebih jahat dari pada melukai fisik mereka, membiarkan anak tanpa tak punya ilmu sama saja kita membiarkan mereka mati sebelum waktunya. Oleh karena itu, mendidik anak dengan ilmu adalah kewajiban yang harus diemban oleh setiap orang tua.
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ
Artinya: "Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin." (Al-Isra: 31)
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ
Artinya: "Janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan." (Al-An'am: 151)
Abah juga membahas pentingnya tahapan pendidikan yang harus dilalui anak-anak, dimulai dari rumah, masjid, madrasah, hingga masyarakat. Pondok Pesantren Ar-Risalah hadir sebagai tempat yang menggabungkan semua tahapan ini, di mana para guru dan pengasuh pesantren menganggap santri sebagai anak-anak sendiri, dengan kasih sayang dan perhatian yang tulus.
Beliau menceritakan sebuah kisah dari Nabi Muhammad SAW yang mengunjungi rumah putrinya, Sayyidah Fatimah, setiap pagi untuk membangunkannya shalat Subuh. Ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian seorang orang tua terhadap pendidikan agama anak-anaknya. Bahkan Rasulullah SAW memberikan contoh terbaik dalam mendidik anak-anaknya, agar mereka tidak hanya terjaga akhlaknya, tetapi juga terjaga keimanannya.
Abah menekankan bahwa di Ar-Risalah, kami tidak mengejar kuantitas, tetapi kualitas. "Kami ingin satu anak di Ar-Risalah lebih berharga dari seribu anak di usia yang sama," tambah beliau. Di zaman sekarang, kita bukan lagi membanggakan siapa orang tua kita, melainkan ilmu yang kita miliki dan kontribusi kita untuk umat.
Setiap anak yang belajar ilmu Allah, mereka akan menjadi mulia ketika mengambil bagian dari warisan Rasulullah SAW. Sebagaimana hadis Rasulullah, yang mengatakan:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَدِرْهَماً إِنَّمَا وَوَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Artinya: "Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak."
Beliau mengakhiri sambutannya dengan mendorong semua yang hadir untuk terus mendukung anak-anak mereka dalam menuntut ilmu. "Dukunglah anak-anak kita untuk menimba ilmu dan yakinlah, siapapun kalian dengan ilmu dan ketika itu dapat diamalkan, pasti akan dimuliakan oleh Allah dan itu adalah bentuk membahagiakan Rasulullah SAW."***