Bandung Barat- Ar-Risalah Cisarua
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau sekedar numpang lewat. ” (HR. Bukhari)
Begitulah wasiat Rasul kepada Ibnu Umar radiallahu anhu. Wasiat yang begitu berguna, nasihat yang sangat berharga.
Tatkala seorang asing atau musafir singgah di suatu tempat, akankah ia berlama-lama di tempat tersebut?
Mungkinkah pula di tempat yang disinggahinya itu ia membangun rumah yang besar dan megah serta diisi pula dengan barang-barang yang mewah? Tentu saja tidak. Karena, ia datang ke tempat itu hanya sekedar singgah dan melanjutkan perjalanannya lagi.
Maka, seharusnya seperti itu pula posisi seorang insan di dunia. Ia layaknya seorang musafir. Ia singgah di negeri yang fana ini sekedar memenuhi hajat secukupnya dan menyiapkan bekal untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya yaitu perjalanan menuju akhirat.
Pada kajian kali ini Dr KH Mohammad Rofiqul A'la Lc MA A atau kerap kami sebut Abah juga menceritakan siapa sosok yang meriwayatkan hadist ini yaitu Sayyiduna Abdullah Ibn Abbas. Siapa beliau? Seorang yang berpengetahuan luas, ahli tafsir, juga merupakan sahabat sekaligus sepupu Nabi. Beliau yang pertama kali menyusun Al-Qur’an. Tidak hanya cerdas, Abdullah bin Abbas juga memiliki ingatan yang sangat kuat dan IQ yang tinggi. Hal ini terbukti dari banyaknya hadist yang beliau sampaikan. Dalam Shohih al-Bukhari dan Shohih Muslim tercatat 1.660 hadist yang telah beliau tuturkan.
Nabi shalallahu alaihi wasallam mendoakan Ibnu Abbas kecil yang menyediakan wudhu Nabi di tengah malam:
الّلهُمَّ فَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ
"Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu."
Ada 2 orang sahabat yang terkenal ke’alimannya :
1. Sayyiduna Abdullah Ibn Abbas
2. Imam Ali Zainal Abidin bin Hasan
Siapakah mereka? Lalu, bagaimana cara melahirkan keturunan-keturunan yang sholeh? Apa rahasianya? Ternyata itu terletak pada ibunya.
Mbah Moen mengatakan:
1. Jika ingin mempunyai anak yang sholeh, ‘alim, tirulah seperti Abbas. Istrinya tidak pernah bersolek jika keluar (tidak berlebihan), hanya bersolek dirumah untuk suaminya.
2. Istri sayyiduna husain (putri raja Persia), ketika menjadi istrinya ia meninggalkan segala kemewahan dan tidak pernah bersolek.
Lalu siapa Sayyiduna Abbas, bapak dari anak yang ‘alim itu? Beliau adalah seorang penyair.
Salah satu syair atau pujian indah Sayyidina Abbas radhiyallahu 'anhu yang dipersembahkannya kepada Rasululah shalallahu alaihi wasallam. Disebutkan, sahabat Khuraim bin Aus al-Tha’iy radhiyallahu 'anhu berkata: "Aku berhijrah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sepulang beliau dari peperangan Tabuk dan aku masuk Islam. Lalu aku mendengar Sayyidina Abbas bin Abdul Muththalib berkata: "Wahai Rasulullah, aku ingin memujimu." Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjawab: "Allah akan memberimu kehidupan dengan gigi-gigi yang sehat."
Lalu Abbas berkata:
"مِنْ قَبْلِهَا طِبْتَ فِي الظِّلاَلِ وَفِيْ ... مُسْتَوْدَعٍ حَيْثُ يُخْصَفُ الْوَرَقُ"
Wahai Rasulullah, engkau telah harum sebelum diciptakan di bumi, dan ketika engkau berada dalam tulang rusuk Adam, ketika ia dan Hawwa menempelkan dedaunan surga ke tubuh mereka.
"ثُمَّ هَبِطْتَ الْبِلاَدَ لاَ بَشَرُ ... أَنْتَ وَلاَ مُضْغَةٌ وَلاَ عَلَقُ."
Engkau harum ketika Adam turun ke bumi engkau berada dalam tulang rusuknya, ketika engkau bukan seorang manusia, bukan gumpalan daging dan bukan gumpalan darah.
"بَلْ نُطْفَةٌ تَرْكَبُ السَّفِيْن وَقَدْ ... أَلْجَمَ نَسْراً وَأَهْلَهُ الْغَرَقُ."
Bahkan engkau harum ketika berupa setetes air di punggungnya Nabi Nuh 'alaihissalam ketika naik perahu. Sementara berhala Nasr dan orang-orang kafir pemujanya ditenggelamkan dalam banjir bandang.
"تُنْقَلُ مِنْ صَالَبٍ إِلىَ رَحِمِ ... إِذَا مَضَى عَالَمٌ بَدَا طَبَقُ."
Engkau harum ketika dipindah dari tulang rusuk laki-laki ke rahim wanita, ketika generasi berlalu diganti oleh generasi berikutnya.
"وَرَدْتَ نَارَ الْخَلِيْلِ مُكْتَتِمًا ... فِيْ صُلْبِهِ أَنْتَ كَيْفَ يَحْتَرِقُ"
Engkau harum ketika berada pada tulang rusuk Nabi Ibrahim sang kekasih Allah, ketika ia dilemparkan ke sekumpulan api, sehingga tidak mungkin ia terbakar.
"حَتَّى احْتَوَى بَيْتُكَ الْمُهَيْمِنُ مِنْ ... خِنْدِفَ عَلْيَاءَ تَحْتَهَا النُّطُقُ."
Sampai kemuliaanmu yang tinggi yang menjadi saksi akan keutamaanmu memuat dari suku yang tinggi dan di bawahnya terdapat lapisan gunung-gunung.
"وَأَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ اْل ... أَرْضُ وَضَاءَتْ بِنُوْرِكَ اْلأُفُقُ."
Ketika engkau dilahirkan, bumi menjadi bersinar dan cakrawala menjadi terang berkat cahayamu.
"فَنَحْنُ فِي ذَلِكَ الضِّيَاءِ وَفِي ال ... نُّوْرِ وَسُبُلِ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ."
Maka Kami menerobos dalam sinar, cahaya dan jalan-jalan petunjuk itu.