Membentuk Generasi Cerdas, Sholeh, Muslih Waj'alna Lil Muttaqina Imama

 Mengenal Pendidikan Diniyah Formal Wustha (Part 2)

Mengenal Pendidikan Diniyah Formal Wustha (Part 2)

Bandung Barat – Ar-Risalah Cisarua

 

Ini adalah lanjutan dari artikel Mengenal Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Wustha.

 

PDF adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di dalam pesantren secara terstruktur dan berjenjang pada jalur pendidikan formal. Dalam kesehariannya, PDF Wustha ini mempertahankan budaya Ulama dahulu yang bersifat sentralistik dan mengembangkan manajemen dalam pengorganisasiannya seperti lembaga pendidikan formal lainnya. Sebagaimana dalam Kaidah yang sangat dikenal di dunia pondok pesantren adalah:

 

المحافظة على القديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلح

 

Artinya: “memelihara (menjaga) nilai atau ajaran lama yang baik, dan mengambil nilai atau ajaran baru yang lebih baik”.

 

Kurikulum yang diajarkan juga mengambil Literatur ilmu agama dengan prosentase 75 % dan ilmu umum 25% jadi sumber rujukan. Metode pembelajarannya pun sama dengan tradisi pesantren salaf yakni dengan menggunakan metode Sorogan, Bandongan dan hafalan Nadhoman.

 

Pondok pesantren telah membuktikan bahwa para lulusan-lulusannya menjadi kader-kader yang handal, bukan hanya menjadi guru ngaji, tapi bisa menjadi pengusaha, pejabat pemerintahan, dan banyak lagi yang lainnya karena selalu mengedepankan nilai-nilai keagamaan dalam aspek keseharian. Dengan adanya PDF ini, maka pesantren diakui legalitas ijazahnya untuk dapat meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.

 

Direktur Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren (PD Pontren) Prof Waryono Abdul Ghofur pada acara Penyerahan Salinan Keputusan yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, Senin (7/9/2022), kepada perwakilan penyelenggara SPM dan PDF meminta agar para pengelola lembaga pendidikan yang baru menerima Surat Keputusan (SK) Izin Operasional selalu mengedepankan pendekatan yang rahmah.

 

“SPM dan PDF adalah lembaga pendidikan. Karenanya, harus terus menyemai nilai-nilai edukatif dan kasih sayang atau  rahmah. Tidak boleh ada kekerasan di lembaga pendidikan, apalagi lembaga pendidikan keagamaan," pesan Waryono. 

 

“Lembaga pendidikan agama dan keagamaan juga harus beradaptasi dalam mendidik para santri sesuai dengan zamannya,” sambungnya.

 

Melanjutkan mengenai landasan dasar PDF Wustha dalam mengembangkan kurikulumnya sangat memperhatikan karakteristik pendidikan diniyah formal dan tradisi pesantren. Landasan filosofis telah dibahas pada bagian pertama, selanjutnya pada bagian ini akan membahas terkait landasan sosiologis dan psikopedagogis.

 

Landasan Sosiologis

Kurikulum PDF Wustha dikembangkan atas dasar pengakuan adanya praktik pendidikan yang sangat baik yang berlangsung di pesantren dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional.

 

Praktik pendidikan yang sangat baik ini mengkristal pada tradisi kultural yang ada di pesantren. Pendidikan di pesantren tidak bertujuan untuk mengejar materi, kekuasaan dan keagungan duniawi, tetapi dilakukan semata-mata merupakan pengamalan atas suatu kewajiban dan pengabdian kepada Allah SWT.

 

Pengembangan kurikulum pada satuan PDF Wustha juga didasarkan atas tradisi yang berorientasi pada penguasaan kitab kuning yang merupakan salah satu karakteristik pesantren di tanah air dalam upaya mencetak kader Ulama yang mutafaqqih fid din yang bertumpu pada nilai-nilai kultural yang moderat (tasamuh). Kegiatan penguasaan kitab kuning ini dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di serambi-serambi asrama dengan masjid sebagai sentra berbagai kegiatan pesantren.

 

Landasan Psikopedagogis

Kurikulum PDF Wustha dikembangkan atas dasar tradisi epistemologi Islam yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya diperoleh melalui kajian dan eksperimen yang dilakukan secara rasional, tetapi juga merupakan nur Allah yang terpancar kedalam hati manusia yang meniscayakan adanya kesucian.

 

Seiring dengan itu maka pembelajaran dalam kurikulum PDF Wustha dipahami bukan sekedar sebagai proses capaian rasional secara kasbi, tetapi juga merupakan suatu proses intuitif suci secara laduni dari Allah SWT kepada peserta didik.

 

Oleh karena itu, dalam pembelajaran PDF Wustha perlu dibarengi dengan proses penyucian hati yang dilakukan melalui berbagai kegiatan ubudiyah, mujahadah dan riyadhah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.

 

Sumber:

www.kemenag.go.id

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6963 Tahun 2017


Share :


Jazakalloh Khoir Telah Menjadi Bagian Jaringan Penyebar Media ARRISALAH.ID