Bandung Barat- Ar-Risalah Cisarua
Di antara kitab puji-pujian kepada Rasulullah saw yang sangat masyhur di Indonesia adalah Maulid Barzanji, yaitu kitab yang berisikan kisah perjalanan Rasullulah saw, puji-pujian kepadanya, serta doa-doa. Tidak hanya dijadikan bacaan ketika merayakan hari kelahiran Nabi saw, Maulid Barzanji juga dijadikan rutinan setiap malam Jumat atau malam Senin oleh mayoritas masyarakat. Maulid Barzanji termasuk kitab maulid paling populer. Maulid satu ini tersebar ke pelosok negeri, mulai dari Arab dan semua negara Islam. Bahkan banyak kita jumpai orang-orang yang menghafalnya. Maulid Barzanji memiliki nama khusus, yaitu ‘Iqdul Jauhar fî Maulidin Nabiyyil Azhar, yang disusun untuk meningkatkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw. Namun seiring perkembangan zaman, kemudian lebih masyhur dengan sebutan Maulid Barzanji dengan penisbatan kepada penulisnya.
Biografi Singkat Penyusun
Nama lengkapnya Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji. Beliau kelahiran Madinah al-Munawwarah pada Kamis awal Dzulhijah 1128 H/1716 M. Sayyid Ja’far al-Barzanji wafat pada Selasa setelah shalat Ahsar 4 Sya’ban 1177 H/1763 M, dan dimakamkan bersama dengan kakeknya di Baqi’ mennjadi satu dengan keturunan Rasulullah saw yang lain. (Muhammad al-Qhat’ani, Maulidul Barzanji Tashih wa I’tinâ’, halaman 12). Beliau memiliki nasab yang suci dan luhur, yaitu keturunan Rasulullah saw melalui jalur Sayyid Baqir bin Sayyid Zainal ‘Abidin ibn Sayyidina ‘Ali ra dan Sayyidatina Fatimah az-Zahra binti Rasulillah saw. Menurut Syekh Nawawi Banten, nasab yang dimiliknya akan menjadi penyelamat kelak di akhirat dari siksa neraka dengan segala kesengsaraannya. (Muhammad Nawawi al-Bantani, Madârijus Shu’ûd ilâ Iktisâ’il Burûd, [Semarang, Thoha Putra], halaman 3).
Sayyid Ja’far al-Barzanji tumbuh besar dengan keilmuan. Semua waktu digunakannya untuk mencari ilmu, menghafal Al-Qur’an, dan menghafal hadits sekaligus memahaminya. Dalam catatan sejarahnya, Sayyid Ja’far menghafal Al-Quran 30 Juz kepada Syaikh Ismail al-Yamani dan ditashih kepada Syekh Yusuf al-Asha’idi. Setelah Al-Qur’an dihafalnya, ia mulai belajar ilmu tafsir Al-Qur’an dan hadits). Selanjutnya mempelajari berbagai cabang-cabang ilmu lainnya kepara ulama di Masjid Nabawi. Di antara guru-gurunya ialah Syekh ‘Atha-Allah bin Ahmad al-Azhari, Syekh Abdul Wahab ath-Thanthawi al-Ahmadi, Syekh Ahmad al-‘Asybuli dan ulama besar lainnya. Setelah semua cabang ilmu Islam dipelajari olehnya, ia menjadi ulama yang sangat alim yang diakui keluasan ilmunya oleh berbagai ulama. Setelah perjalanan panjang dan melelahkan dalam menuntut ilmu, Sayyid Ja’far al-Barzanji menjadi mufti (ahli fatwa) mazhab Syafi’iyah di Madinah, yaitu saat usianya mencapai 31 tahun, sebagaimana disampaikan oleh Syekh Muhammad al-Qhat’ani: وَعُمْرُهُ إِحْدَى وَثَلَاثِيْنَ عَامًا ثُمَّ صَارَ مُفْتِي الشَّافِعِيَّةِ فِي الْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ وَخَطِيْبًا فَقَدْ كَانَ يَخْطُبُ فِي الْمَسْجِدِ النَّبَوِي الشَّرِيْفِ Artinya, “Dan pada umur 31 tahun, Sayyid Ja’far al-Barzanji menjadi mufti ulama mazhab Syafi’iyah di kota Madinah al-Munawwarah, dan juga menjadi khatib di Masjid Nabawi yang mulia.” (Al-Qhat’ani, Maulidul Barzanji Tashîh wa I’tinâ’, halaman 12).
Sayyid Ja’far al-Barzanji merupakan ulama yang punya suara merdu, tampan rupawan, mulia perilakunya, sangat sopan, tinggi cita-citanya, bersungguh-sungguh ketika membahas ilmu, dapat dipercaya. Karenanya banyak orang meminta pendapat dan fatwa kepadanya karena keluasan ilmunya.
Syekh Abil Fadl Muhammad Khalil bin ‘Ali al-Muradi menyifati Sayyid Ja’far sebagai figur kharismatik yang sangat mulia dan sangat alim, dan satu-satunya ulama luar biasa pada zamannya. Al-Muradi mengatakan:
هُوَ الْمُدْنِي الشَّافِعِي الشَّيْخُ الفَاضِلُ العَالِمُ البَارِعُ الأَوْحَدُ المُتَفَنِّنُ مُفَتِي السَّادَةِ الشَّافِعِيَّةِ بِالْمَدِيْنَةِ النَّبَوِيَّةِ. وَكَانَ فَرْدًا مِنْ أَفْرَادِ الْعُصْرِ
Artinya, “Ia (Sayyid Ja’far al-Barzanji) adalah ulama Madinah, bermazhab Syafi’i, seorang syekh, orang mulia, alim, orator ulung, satu-satunya yang menguasai berbagai cabang ilmu, mufti para syadah mazhab Syafi’iyah di Madinah an-Nabawiyah. Ia juga menjadi satu-satunya ulama (yang memenuhi kriteria tersebut) pada zamannya.” (Al-Muradi, Silkud Durâr fî A’yânil Qurûnits Tsâni ‘Asyar, [Beirut, Dârul Basyâ-iril Islâmiyyah, cetakan ketiga: 1988], juz I, halaman 293). Kealiman Sayyid Ja’far dapat dilihat dari berbagai karyanya, di antaranya, (1) Mukhtashar Dlau-ul Wahhaj fî Qisshatil Isrâ’ wal Mi’râj, (2) al-Ghusnul Wardi fî Akhbâris Sayyidil Mahdi, (3) Jaliyyatul Karbi bi Akhbâri Ashâbi Sayyidil ‘Ajami wal ‘Arabi, (4) an-Nafhud Darriji fil Fathil Jannati, (5) Ithâful Barâyâ li ‘Iddatil Ghazawâti was Sarâyâ, (6) Idlâ-at Darâri li Irsyâdissari ‘alâ Shahîhil Bukhâri, (7) ar-Raudlul Mi’thâr, (8) al-Bar’ul Ajil bi Ijâbatis Syekh Muhammad Ghafil, (9) al-Janid Dani fî Manâqibis Syekh Abdil Qadîr al-Jîlâni, (10) Iltiqâthuz Zahri min Natâ-ijir Rihlati was Safari, dan (11) ‘Iqdul Jauhar fi Maulidin Nabiyyil Azhar, atau yang lebih dikenal dengan nama Maulid Barzanji.
Sekilas Maulid Barzanji
Pujian-pujian yang ditulis oleh Sayyid Ja’far al-Barzanji murni atas dasar kecintaannya kepada baginda Nabi Muhammad saw sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kecintaan umat Islam kepada nabinya. Secara ringkas Maulid Barzanji memiliki paparan sebagai berikut: (1) menjelaskan silsilah keturunan Nabi Muhammad saw sampai pada moyangnya yang bernama ‘Adnan; (2) menjelaskan masa kecil dan kelebihannya saat itu; (3) mengisahkan kisah Nabi Muhammad saw saat ikut berdagang bersama pamannya ke kota Syam ketika berumur 12 tahun; (4) pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah ra pada umur 25 tahun; dan (5) pengangkatannya menjadi rasul pada usia 40 tahun, dan dakwah Islamnya sampai umur 62 tahun. Kemudian di akhir tulisan menjelaskan kewafatan Rasulullah saw setelah semua tugasnya selesai secara sempurna.
Maulid Barzanji juga menjelaskan beberapa keistimewaan saat kelahiran Nabi Muhammad saw. Di antaranya, ia lahir dalam keadaan langsung bersujud dan dalam keadaan bercelak. Dalam waktu yang sama berbagai simbol-simbol kemusyrikan dihancurkan oleh Allah, seperti hancurnya kerajaan Kisra yang besar, padamnya api sesembahan orang-orang Majusi yang diyakini tidak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun. Di saat itu pula, semua hewan dan dan makhluk selain manusia merasakan kemuliaan dan keagungannya. Hal ini ditandai dengan berbuahnya semua pohon-pohon yang tidak pernah berbuah dalam rangka menghormat dan menyambut kelahiran makhluk paling baik dan paling mulia.
Keutamaan Maulid Barzanji
Syekh Muhammad Nawawi Banten, dalam kitab Madârijus Shu’ûd mengatakan, Maulid Barzanji laksana media yang mampu menjadi sebab datangnya berbagai kebaikan (sihrul halâl) dan orang yang membacanya akan mendapatkan keridhaan dari Allah swt. (Al-Bantani, Madârijus Shu’ûd, halaman 3). Syekh Nawawi Banten seolah hendak mengatakan, dengan membaca Maulid Barzanji orang akan mendapatkan keutamaan yang sangat banyak, di antaranya akan digampangkan semua urusannya, sebagaimana sihir, namun Maulid Barzanji seolah sihir yang halal. Jika tujuan membacanya agar terhindar dari penyakit, maka ia akan dijauhkan dari penyakit oleh Allah swt. Tidak hanya itu, dengan membacanya, seseorang akan mendapatkan kehormatan berupa keridhaan dari Allah swt.
Cara Bacanya
Cara membacanya secara khusus yaitu dengan beberapa tahap sebagai berikut:
Pertama, membaca surat al-Fatihah dihadiahkan kepada Rasulullah saw dan Sayyid Ja’far al-Barzanji.
Kedua, mengajak orang lain untuk bersama-sama membaca shalawat kepada Rasulullah saw, sekaligus menyampaikan kepada mereka bahwa dengan membaca shalawat oleh Allah akan diberikan ganjaran berupa surga dan segala kenikmatan di dalamnya, dengan membaca bacaan sebagai berikut:
اَلْجَنَّةُ وَنَعِيْمُهَا سَعْدٌ لِمَنْ يُصَلِّي *** وَيُسَلِّمُ وَيُبَارِكُ عَلَيه
Artinya, “Surga dan segala kenikmatannya merupakan kebahagiaan bagi orang-orang yang bershalawat, mendoakan keselamatan dan keberkahan baginya (Nabi Muhammad saw).”
Ketiga, setiap berpindah dari satu bab ke bab lain, sebagaimana tertera dalam Maulid Barzanji, diakhiri dengan membaca bacaan berikut:
عَطِّرِ اللهم قَبْرَهُ الكَرِيْم، بِعَرْفٍ شَدِيٍ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيمٍ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْه
Artinya, “Ya Allah, berikanlah wewangian pada kuburnya yang mulia, dengan wangian dari shalawat dan salam. Ya Allah, berilah shalawat, salam dan keberkahan kepadanya.” Demikian biografi singkat penyusun, sekilas isi, keutamaan, dan cara baca Maulid Barzanji. Semoga bermanfaat. Wallâhu a’lam bisshawâb.
Sumber: https://islam.nu.or.id/shalawat-wirid/maulid-barzanji-penyusun-keutamaan-dan-cara-bacanya-gIrO8
Penulis: Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan, Kokop, Bangkalan.