بسم الله الرحمن الرحيم
Penerimaan Santri Baru (PSB)Sunday, 30 June 2024 15:59 WIB

Menyelami Kehidupan Pesantren, Beginilah Cara Menyenangkan Hati Rasul


Admin2  

Bandung Barat- Ar-Risalah Cisarua


Dewasa ini, seringkali kita mendengar, membaca, bahkan menonton peristiwa-peristiwa  yang mungkin bisa sampai memilukan hati kita. Mulai dari peristiwa seorang anak yang membunuh ibu kandungnya karena tidak diberi uang rokok, beredar juga vidio seorang anak yang menendang nenek-nenek sampai terjatuh, banyak remaja yang terlibat tawuran, penganiyaan teman sebaya sampai teriak kesakitan, dan lain sebagainya. Hal ini tentu membuat kita sebagai orang tua merasa khawatir akan pengaruh pergaulan terhadap anak kita. Oleh karena itu, sudah sepatutnya orang tua memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya.


Pesantren adalah salah satu pendidikan terbaik dalam hal agama maupun intelektual dan merupakan salah satu lembaga yang memiliki nilai-nilai budi pekerti  yang  tinggi. Pendidikan pesantren sudah banyak manjadi pilihan orang tua di Indonesia, namun tak jarang ada pandangan bahwa pendidikan di pesantren itu sangatlah mahal, orang tua mengkhawatirkan masa depan anak, bahkan tak sedikit orang tua mengkhawatirkan perihal makan anaknya di pondok pesantren.


Kita akan coba gali bagaimana kehidupan santri di pondok pesantren, kita ambil contoh kehidupan santri di Pondok Pesantren Ar-Risalah melalui hasil wawancara dengan salah satu walisantri berikut ini :


Q : Sekolah berbasis pesantren di Bandung ini sangatlah banyak, apa yang menyebabkan ibu teguh pendirian untuk memasukkan anaknya di Pondok pesantren Ar-Risalah?
A : Latar belakang pendidikan ibu adalah pesantren, oleh sebab itu mulai dari anak pertama setelah lulus Sekolah Dasar langsung ibu masukan ke pesantren. Tapi setelah ditempuh ternyata pendidikan disana bukanlah pesantren sesuai harapan kami sebagai orang tua. Anak sangat sedikit mendapat asupan ilmu agama dan hanya sebatas menginap dan bersekolah. Kemudian ibu kembali mencari pesantren yang lain, tapi tetap sama, selalu saja lebih ke pendidikan formal. Kami juga menemukan pesantren tradisional, tetapi sama sekali tidak ada pendidikan formalnya. 
Ibarat kata, ibu mencari-cari pondok yang pas itu sulit sekali, yang ibu ingat saja ada sekitar 7 pondok yang ibu datangi. Saat itu atas takdir Allah, ibu konsultasi dengan guru dari anak-anak di pesantren lamanya, alhamdulillah ternyata beliau kenal dengan KH. Dr. Mohammad Rofiqul A’la, Lc., MA (yang akrab dengan sapaan Abah) dan merekomendasikan ibu ke Ar-Risalah. Sebelumnya ibu pun sudah sering mengikuti kajian Abah Kiai di MQTV dan sangat ingin menitipkan anak pada beliau karena keilmuan juga ketawadhuan beliau yang sangat luar biasa. Ternyata setelah mondok di sana sangat terasa perubahan pada anak ibu, dari segi keilmuan, akhlak, dan banyak sekali perubahan yang positif yang ibu rasakan.


Q : Anak dimasukkan ke pesantren apa tidak sepi di rumah dan kasihan juga anaknya?
A : Karena ibu sudah mengalami kehidupan di pesantren, jadi sejak kecil mereka sudah  mendengar tentang apa itu pesantren. Walaupun pada jamannya ibu tidak seperti sekarang serba mudah, dapat kirimanan makanan banyak, bisa dijenguk dan lain sebagainya, tapi tetap pengalaman itu sangat berharga ibu rasakan, sehingga anak-anak lama kelamaan terpengaruh dan mereka pun meyakini apa yang ibu yakini tempat yang paling indah dan menyenangkan itu adalah pesantren. Jadi dengan senang hati mereka sendiri yang ingin masuk pesantren, bahkan saat ibu ingin memasukkan Nadzira dan Ilham ke pesantren sempat ibu terbentur biaya dan ibu bilang, “Kamu ke SMP dulu aja, nanti setelah ada biayanya dimasukkan kepesantren.” Nadzira malah menangis dan memilih diam di rumah dulu,tapi Alhamdulillah Allah mudahkan.
Kalau masalah rumah sepi, itu bukanlah masalah bagi ibu, yang bermasalah itu anak tidak mengenal Allah, dan berakhlak buruk.


Q : Kalau lulus nanti jadi pengajar dong, emang cita-cita anaknya apa?
A : Kalau jadi pengajar itu hanya efek samping dari pendidikan pesantren, karena latar pendidikan mereka pesantren otomatis mereka bisa menjadi ustadz/ustadzah. Tapi yang lebih penting dari mereka adalah menjadi orang yang mengenal Allah dan Rasulullah, jadi apapun kedepannya mereka, mereka tetap berdakwah dibidangnya masing-masing sesuai dengan cita-cita mereka. Walaupun hanya sekedar ibu rumah tangga,mereka bisa mencetak generasi yang hebat dari dalam rumah. Aamiin


Q : Di Ar-Risalah kan santrinya banyak, pasti apa-apa ngantri dong... Apa tidak kasihan ke anak dengan keadaan seperti itu yang sangat beda sekali dengan dirumah?
A : Itulah seninya pesantren, itulah serunya pesantren. Pesantren adalah ruang lingkup kecil dari masyarakat, semua karakter ada disana, setiap hari berinteraksi dengan teman yang berbeda-beda, belajar berbagi, belajar menyelesaikan masalah, bahkan belajar sabar dari mengantri, karena ibu meyakini anak yang hidupnya serba mudah maka akan semakin rapuh jiwanya. Orang yang kuat itu yang setiap hari ditempa, istilahnya ibu tidak mau anak-anak menjadi produk karbitan. Tidak ada pahlawan yang lahir dalam satu malam, semuanya berproses. Itulah bentuk kasih sayang ibu agar anak-anak menjadi anak yang kuat untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.


Q : Katanya di Ar-Risalah itu sekolahnya 4 th yang setara  SMP karena ada kelas i'dad (persiapan), nanti anak ibu ketinggalan sama teman sebayanya dong...
A : Bagi ibu waktu belajar bukan masalah, yang penting hasil dari pembelajaran itu. Pesantren membuat program dengan perhitungan yang sangat matang, agar hasil belajar dapat maksimal dan tidak ada istilah ketinggalan dalam belajar.


Q : Di Ar-Risalah itu ngaji terus ya? Ada pelajaran umumnya ngga sih?
A : Inilah yang membuat ibu pas dengan  Ar-Risalah , anak-anak tidak hanya dibekali dengan ilmu Agama tetapi dibekali juga dengan pendidikan formal, dengan porsi yang sangat pas, sehingga anak-anak punya bekal yang cukup setelah menyelesaikan pendidikan di Ar-Risalah.


Q : Kalau di Ar-Risalah itu dapat ijazah kaya di sekolah  formal ga sih? Sayang banget loh bu, nanti lulusan pesantren susah masuk Universitas Negeri...
A : Alhamdulillah Ar-Risalah telah terakreditasi oleh Departemen Pendidikan Agama, sehingga anak-anak mempunyai ijazah yang sah secara negara dan memudahkan mereka untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi bahkan keluar negeri atau mungkin untuk bekal terjun ke masyarakat.


Q : Boleh ditengok ngga sama orang tuanya? Apa ada liburnya juga?
A : Sangat boleh, ada waktu satu bulan sekali untuk melepas rindu pada anak-anak sambil mengisi jiwa para orang tua dengan kegiatan pengajian bersama pengasuh Pondok Pesantren Ar-Risalah.
Dan untuk libur 2 kali dalam setahun, merujuk pada jadwal libur dari Departemen Pendidikan Agama termasuk didalamnya libur idul fitri.


Q : Gimana nanti makannya, nyucinya… Belum lagi kalau sakit bagaimana?
A : Anak yang rapuh itu yang serba mudah, maka saat ibu melepas anak dipesantren itu sama dengan ibu melepas mereka untuk belajar kemandirian. Bahkan kakak santrinya yang masyaAllah baik-baik mau membimbing adik-adiknya dan saling mengingatkan.
Kalau untuk masalah makan insyaAllah pondok bertanggung jawab untuk itu, kalau masalah selera lama-lama juga suka bahkan menjadi menu favorit.
Kalau anak sakit, dari pihak pondok bertanggung jawab penuh jika masih bisa ditangani dipondok, seandainya sakitnya perlu perawatan dirumah pihak pondok pun akan berkoordinasi dengan orang tua. Alhamdulillah sejauh ini komunikasi antara orang tua dan pondok terjalin dengan sangat baik.


Q : Susah ya tes masuknya? Tes nya apa aja sih?
A : Test itu dilakukan untuk mengukur kemampuan anak, jadi kalau kuotanya masih ada insyaAllah anak diterima. Testnya meliputi bacaan Al-Qur'an, pengetahuan agama, pengetahuan umum, dan wawancara.


Q : Kalau anak dari SD Negeri, bukan  SDIT atau MI boleh daftar?
A : Alhamdulillah untuk semua bisa masuk ke Ar-Risalah, anak ibu pun semuanya lulusan Sekolah Dasar Negeri.


Q : Biaya di Ar-Risalah mahal ya?
A : Mahal itu relatif, bisa jadi mahal dan bisa jadi murah bagi sebagian orang. Tapi kalau kita berniat baik menjadikan anak kenal dengan Allah dan Rasulullah, maka Allah akan memberi kemudahan.

Q : Boleh bawa handphone ngga? Kalau tidak bagiamana nanti komunikasinya?
A : Untuk menunjang kegiatan pondok dan agar anak berkonsentrasi dalam belajar maka pondok tidak membolehkan membawa hp. Tapi untuk komunikasi dengan orang tua, anak boleh menelpon 2x dalam sebulan dengan durasi waktu 15 menit.


Q : Nanti dibully gak tuh sama kakak kelas atau temannya?
A : InsyaAllah tidak, karena disana dibimbing oleh asatidz yang bertanggung jawab bahkan  kakak-kakak yang baik. Kalau berselisih paham pasti terjadi, dimanapun tempatnya berselisih paham pasti ada. Dengan karakter yang berbeda-beda, latar belakang keluarga yang berbeda, pasti ada perbedaan paham, tapi pasti semuanya terlalui. Selaku orang tua pun harus bijak jikalau anaknya mengadu atau berkeluh kesah kita harus bisa menyikapinya dengan baik.


Q : Untuk yang sekolah menghafal Al-Qur'an juga tidak?
A : Iya, anak-anak sekolah juga menghafal Al-Qur'an. Waktunya sangat padat sehingga tidak ada waktu yang tersia-siakan, meski begitu waktu istirahat juga cukup.


Q : Ada ngga perubahan yang signifikan yang ibu rasakan dari sebelum mondok dan setelah mondok?
A : Ada dan sangat terasa perubahannya. Akhlak kepada orang tua sangat baik, beribadah tidak perlu diingatkan, dan tentunya ilmunya terus bertambah.


Begitulah hasil wawancara dengan salah satu walisantri dari Lembang mengenai kehidupan anaknya di pesantren. Sangat berkesan bukan? Semoga anak-anak kita juga Allah berikan kesempatan untuk menyenangkan hati Rasulullah Saw karena dari sekian umatnya yang banyak lupa syariatnya kita adalah salah satu dari sedikit mereka yang mau lelah mempelajari ajarannya untuk kemudian kita sebarluaskan kepada umatnya.


Tunggu apalagi, daftarkan putra-putri kita sekarang juga. Karena Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Ar-Risalah akan ditutup 7 hari lagi.
Informasi Pendaftaran:
Admin Ar-Risalah Putra: 0813-1326-1878
Admin Ar-Risalah Putri: 0821-1904-8737