بسم الله الرحمن الرحيم
UmumWednesday, 17 July 2024 11:55 WIB

Hikmah Dibalik Selamatnya Nabi Yunus Dari Perut Ikan Paus


Admin  

Bandung Barat- Ar-Risalah Cisarua

 

Umat muslim di penjuru dunia baru saja memasuki tahun baru islam 1446 H. Tentunya kita sudah tak asing lagi dengan bulan Muharram. Ya, Muharram adalah  salah satu dari empat bulan yang dimuliakan yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Secara bahasa Muharram dapat diartikan sebagai bulan yang diharamkan, yaitu bulan dimana orang-orang  Arab diharamkan (dilarang) melakukan peperangan. Namun, tak jarang dari kita masih ada  yang belum mengetahui bahwa banyak sekali peristiwa-peristiwa di bulan Muharram terlebih peristiwa-peristiwa penting yang ada pada tanggal 10 Muharram.

 

Yaitu peristiwa diterimanya taubat Nabi  Adam oleh Allah Swt, berlabuhnya kapal Nabi Nuh setelah  dilanda banjir dahsyat karena banyak kaumnya yang tidak beriman kepada Allah dan justru menyembah berhala, Nabi Ibrahim selamat dari siksa (di hukum dengan cara dibakar hidup-hidup) Raja Nambrud, dibebaskannya Nabi Yusuf dari penjara Mesir, Nabi Ayyub disembuhkan oleh Allah dari penyakitnya yang menjijikan, Nabi Musa dan pengikutnya Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun, Nabi Ya’qub disembuhkan dari kebutaan, Nabi Isa diangkat ke langit oleh Allah Swt, dan peristiwa selamatnya Nabi Yunus a.s. hingga keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam. Berikut akan kami uraikan sedikit salah satu dari peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 10 Muharram, yaitu kisah selamatnya Nabi Yunus dari perut ikan paus.

 

Nabi Yunus ‘alaihissalam adalah  seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah kepada kaum Niwawa sebuah desa di daerah Mosul, Irak. Beliau mengajak kaumnya yang menyembah berhala untuk beriman kepada Allah Swt. Namun, selama tiga puluh tiga tahun beliau  mendakwahi kaumnya, hanya ada dua orang yang mampu beriman. Karena putus asa, akhirnya Nabi Yunus memutuskan pergi meninggalkan kewajiban mendakwahi kaumnya dengan perasaan marah dan kecewa tanpa seizin dari Allah Swt. Selepas perginya Nabi Yunus ‘alaihissalam, datang azab yang menimpa kaumnya yang mana saat itu beliau telah memasuki kapal dengan muatan yang terlalu banyak sehingga kapal tersebut terombang-ambing dengan dahsyat ditambah datangnya angin yang bertiup kencang.

 

Pada saat itu penumpang dalam awak kapal mulai cemas, jika muatannya tidak dikurangi mungkin saja kapal itu akan tenggelam. Oleh sebab itu  diadakanlah undian dan kesepakatannya siapa yang kalah dalam undian tersebut akan dibuang ke laut. Tak diduga tenyata Nabi Yunus termasuk dari orang yang kalah dalam undian tersebut yang mengharuskan dirinya dibuang ke laut. Setelah tubuhnya tenggelam ke dalam lautan, datang ikan paus raksasa yang menelannya namun hal itu tidak menjadikannya meninggal dunia.

 

Di dalam perut ikan paus tersebut Nabi Yunus banyak membaca dzikir dan meminta ampunan kepada Allah Swt selama empat puluh hari empat puluh malam. Salah satu doa yang dibaca oleh beliau sebagaimana yang ada pada surah Al- Anbiya’: 87 yang berbunyi:

 

لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَۚ

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang dzalim.”

 

Melihat hambanya bersimpuh mengakui akan kesalahannya, akhirnya Allah menerima permohonan maafnya. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya’ ayat 88 :

 

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”.

 

Dengan seizin Allah akhirnya beliau dikeluarkan dari perut ikan paus tersebut di daratan yang tandus sedangkan Nabi Yunus dalam keadaan sakit kurus kering. Allah pun menumbuhkan untuknya sepohon jenis labu (Yaqtin) sehingga kekuatan dan kesehatannya berangsur pulih kembali.

 

Ketika Nabi Yunus kembali kepada kaumnya, beliau terkejut ketika melihat mereka semua sudah  beriman kepada Allah Swt. Kaumnya sadar bahwa Allah dengan kasih sayang-Nya telah menyelamatkan mereka dari azab yang tampak di depan mata, sehingga mereka benar-benar beriman kepada Allah dengan tulus. Karena hal itu Allah anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu, yaitu akhir hayat mereka.

 

Begitulah kisah singkat Nabi Yunus dan kaumnya. Hikmah yang bisa kita petik dari kisah ini adalah:

  • Bahwasanya seorang da'i atau orang yang berjuang dijalan Allah Swt tidak boleh lari meninggalkan umatnya, karena merasa putus asa dalam berdakwah.
  • Semakin tinggi derajat seseorang disisi Allah Swt, maka semakin tinggi juga ujiannya.
  • Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang ma'shum (terjaga dari melakukan dosa), sehingga berbagai perbuatan yang secara lahiriyyah seperti sebuah kesalahan, hakikatnya adalah sebuah kebaikan karena ada hikmah besar dibalik hal tersebut. Dan itu termasuk dalam masalah "bagian dari kebaikan orang-orang baik” adalah perbuatan yang dianggap tidak baik jika dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan Allah Swt".

 

Di tahun yang baru ini, mari kita perbaharui dan perbaiki niat kita, berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Mintalah kepada Allah perlindungan dari segala macam dosa, mintalah kepada Allah pertolongan agar bisa mengalahkan hawa nafsu yang mengajak kepada keburukan, dan mintalah kepada Allah agar disibukkan melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Semoga Allah mengijabah doa-doa kita semua. Aamiin Allahumma Aamiin...***